Selasa, 09 Agustus 2011

Sudahkah Kita Merasa Cinta dengan Rasul

Jakarta - Pernah memiliki idola, semisal artis atau bintang film populer? Bagaimana rasanya, apakah kita merasa bangga dengannya? Atau kita merasa bahagia ketika bisa memajang foto mereka di kamar atau layar komputer?

Mungkin juga kita merasa sangat senang ketika dalam sebuah jumpa fans, dan saat dia melemparkan syal-nya, ternyata syal itu jatuh ke tangan kita. Setelah itu kita mungkin akan menyimpannya di lemari, dan setiap hari menyempatkan diri untuk sekadar melihat, dan itu memuaskan diri sendiri.

Lebih jauh lagi, kita mungkin merasa percaya diri, ketika bisa meniru sebagian dari apa dia lakukan, mungkin cara berpakaian, gaya bicara bahkan restoran tempat favorit sang artis pujaan. Pertanyaannya sekarang, sudahkah kita setidaknya mengenal dengan baik profil panutan kita, Nabi Muhammad SAW? Banyak di antara kita barangkali tidak mengenal sosok yang satu ini. Just as a prophet, hanya sebagai Nabi, tahu namanya dan perannya serta percaya, itu saja mungkin.

Padahal, jika kita tahu betapa hebat dan cemerlangnya sosok Nabi Muhammad SAW ini, maka tidak ada lagi alasan untuk kita tidak menyukainya. Dan inilah penyakit klasik yang obatnya pun klasik juga. Obatnya sederhana, perbanyak membaca sejarah dan literatur tentangnya, karena dia telah tiada. Jika para artis terkenal dengan bantuan media infotainment, maka Nabi Muhammad SAW terkenal karena perannya menyebarkan agam Islam ke seluruh penjuru dunia, melalui kiprah para sahabatnya yang berani mati, dan tangguh.

Allah SWT berfirman:  "Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri." (QS Al Ahzab: 6).

Sebagaimana halnya perintah mengerjakan salat dan puasa, maka mengetahui ihwal tentang Nabi adalah kewajiban untuk kita. Tak jarang, orang begitu rajin sedekah, salat, dan puasa, hanya karena dia terpesona dan terpengaruh oleh ceramah salah satu Ustadz kondang. Insya allah jika orang itu pernah mengetahui bagaimana Nabi salat, puasa dan sedekah, tanpa ajakan sang Ustadz pun akan langsung tertarik dan ingin menirunya.

Syihabuddin Al Alusi mengatakan, "Nabi SAW tidaklah memerintahkan sesuatu dan tidak ridho pada umatnya kecuali jika ada maslahat dan mendatangkan keselamatan bagi mereka. Berbeda dengan jiwa mereka sendiri. Jiwa tersebut selalu mengajak pada keburukan". Oleh karena itu, kecintaan pada beliau mesti didahulukan daripada kecintaan pada diri sendiri.

Cintai Rasul kita melalui pengetahuan atas sejarah beliau. Wallahu a'lam.

Sumber : Sudahkah Kita Merasa Cinta dengan Rasul

0 komentar:

Posting Komentar

kompas.com